PURWOREJO, seputarpurworejo.com – Bencana banjir yang melanda beberapa wilayah di Kabupaten Purworejo membawa kerugian bagi para pelaku usaha. Salah satunya pelaku usaha kacang kulit sangan yang merugi hingga Rp.30 juta. Usaha kacang kulit sangan yang digelutinya sejak lama, saat ini harus terdampak bencana banjir yang merendam rumahnya setinggi satu meter lebih.
Salah satunya pelaku usaha kacang kulit sangan yang merugi yang dikelola Heri Suroto (54) tinggal di Desa Tangkisan RT 2 RW 2 Kecamatan Bayan. Usaha kacang kulit sangan yang digelutinya sejak lama, saat ini harus terdampak bencana banjir yang merendam rumahnya setinggi satu meter lebih. Akibatnya kacang kulit sebanyak 2 ton terkena banjir dan semuanya mengapung Sehingga kacang kulit yang pengolahannya menjadi kacang sangan mengalami kerusakan, dengan kerugian yang cukup lumayan nilainya.
“ Dengan adanya bencana banjir ini sangat prihatin karena dagangan saya terendam semua, tidak sempat mengamankan. Dagangan yang rusak 2 ton ini kerugiannya sebesar Rp.30 juta. Harapannya ada perhatian dinas instansi terkait kepada para pelaku usaha, sehingga kami bisa melanjutkan usaha kembali,” harap Heri Suroto yang didampingi Sulastri (istri).
Kacang kulit sangan olahannya sudah merambah pasar-pasar lokal Purworejo hingga luar daerah seperti Magelang Semarang Kebumen Jakarta dan beberapa kota lain. Produk kacangnya memiliki 4 label antara lain Tiga Saudara(TS), Tunggal Roso (TR), Muncul Sari (MS) dan AR. Kemasannya sesuai pesanan dari mulai per 1 kilo hingga 10 kilo perkemasan.
Setiap hari menyangrai kacang dengan cara khusus menggunakan pasir tertentu sehingga memiliki ciri rasa enak yang berbeda. Kacang kulit sangan milik Heri Suroto dikenal memiliki rasa yang gurih dan renyah, sehingga banyak yang mencari. Tak heran jika banyak pedagang maupun pecinta kacang kulit sangan yang berdatangan ke rumahnya untuk membeli produknya.
Terkait banjir yang berulang, Heri Suroto berharap ada peninjauan kembali dengan adanya bangunan tanggul sungai. “Karena setelah dibuat tanggul sungai, justru sekarang sering banjir. Aliran air atau parit atau pintu-pintu air memuju sungai kurang banyak dan kurang lebar. Sehingga air yang masuk pemukiman akan kesulitan mengalir ke sungai karena tertahan oleh tanggul sungai. Jika tidak segera ditangani tidak menutup kemungkinan banjir akan berulang dengan kasus yang sama.
Hal yang sama juga disampaikan Basuki (42) yang menggeluti usaha rongsok (barang bekas) yang tinggal di RT 2 RW 2 Tangkisan. Basuki meminta pemerintah membuat solusi untuk antisipasi agar tidak menjadi langganan banjir, karena dalam tiga bulan sudah dua kali terjadi banjir. ( Pam )